Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Cerita Di Balik Sosis

Praktis dan enak. Kedua alasan ini cukup menjawab pertanyaan mengapa sosis digandrungi banyak orang. Coba cek, kapan terakhir kali Foodlovers meracik sup dengan potongan sosis atau menambahkan sosis ke dalam selada dan nasi goreng untuk memperkaya cita rasa ? Produk daging ini memang luwes dicampur dalam berbagai hidangan. Cukup digoreng atau dipanggang, kemudian diselipkan dalam setangkup hot dog bun beroles saus dan tambahan sedikit sayuran segar, jadilah makanan favorit yang disuka segala umur. Ada beragam variasi sosis yang dengan mullah bisa kita temui di supermarket. Perbedaannya terletak pada warna, bentuk, ukuran, cita rasa, bahkan bahan dasar dan proses pembuatannya. Kalau bicara soal sosis, tidak bisa tidak, kiblatnya adalah Jerman. Padahal sebenarnya, tercatat bahwa pionir pembuat sosis adalah bangsa Yunani dan Romawi, yang kemudian dipelajari oleh orang Jerman dan dikembangkan oleh orang Prancis. Sosis (dalam bahasa Inggris sausage) berasal dari bahasa Latin salsus yang artinya asin. Tak ada data tertulis, sejak kapan orang mulai membuatnya. Yang pasti, tujuan pembuatan sosis pada awalnya adalah untuk mengawetkan daging. Ada 3 kelompok besar di dalam keluarga sosis, yaitu sosis mentah (rohwurst), sosis matang (brunchwurst), dan sosis masak (kochwurst). Ketiganya dibedakan berdasarkan prosespembuatannya. Sosis jenis rohwurst dibuat tanpa proses pemasakan. Dalam pengolahannya ditambahkan kultur bakteri lactobacillus sehingga terjadi proses fermentasi. Sosis yang masuk dalam kelompok brunchwurst merupakan jenis yang paling banyak beredar di Indonesia. Proses pembuatannya adalah daging mentah digiling, diolah, lalu dimasak. Sedangkan sosis masak atau kochwurst, biasanya terbuat dari daging tetelan atau hati yang direbus, diolah, dan dimasak lagi. Tiap kelompok ini punya varian yang begitu beragam. Di Jerman sendiri, tercatat lebih dari 1500 jenis sosis dengan penamaan yang berbeda-beda. Penjulukan ini tentunya bukan anal jiplak, tapi dibuat berdasarkan jumlah komposisi daging, selera dan bahan yang digunakan. Berbeda dengan diIndonesia. Meski berkiblat ke Jerman, resep sosis di Indonesia sudah tidak persis menjiplak resep aslinya. Bahkan kelompok sosis pun kini ditambah dengan jenis sosis s-siap santap. Di Indonesia, tiap produsen berhak punya resep dan formula yang berbeda-beda. Karena, memang belum ada standar yang dijadikan acuan. Sentuhan khas Jerman hanya dipakai dalam urusan bentuk dan cita rasa bumbu yang paling dominan saja. Yang pasti, karena sosis di Jerman hampir 100% menggunakan campuran daging atau lemak babi, di Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah muslim, tentu saja perlu dimodifikasi.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar